Nadin maaf, untuk kali ini aku setuju dengan sebagian dari mereka. Lagumu kali ini tidak kusukai.
Bukan karena musiknya atau liriknya.
Barangkali, soal mendengarkannya sambil berkali-kali menyangkal seperti, “Aku akan menemukan seseorang yang bisa kurayakan dan merayakan perasaan kita berdua.”
Nadin, padahal aku sudah meromantiskan segala sesuatu ditiap harinya. Risol yang penuh laksa saja, roti gula yang mencair, dan roti bika-bika yang kubuat menjadi gosong.
Padahal aku juga ingin seperti lirik lagumu yang katamu, “Jika malam datang dan takut menyerang, kau genggam apa yang kuragukan.”
Aku tau dia tidak punya bola ajaib untuk melihatku, untuk merasakan dan untuk mengetahui bagaimana malam ini, malam kemarin, ataupun malam-malam selanjutnya.
Tapi, dia punya kuasa untuk menanyakan.
“Bagaimana harimu, nona?”